Ambon Manise
Kesempatan untuk berada di Ambon Manise ini datang karena sang suami mendapat tawaran untuk bergabung dalam sebuah acara KKR yang diadakan oleh pemerintah kota Ambon dan Voice in the City yang bernama “Ambon Berdoa dan Bersyukur”. Karena perjalanan ini adalah sebuah perjalanan kerja, kami tidak berkesempatan untuk mengunjungi pulau-pulau lain di kepulauan Maluku. Beberapa tempat juga saya kunjungi tanpa suami karena komitmen pekerjaannya. Untuk membaca lebih banyak tentang KKR ini, klik disini.
Mata saya terpaku pada pulau yang berada di bawah langit biru dan lukisan awan putih saat Pak Pilot berkata, “Selamat datang di Ambon.” Tidak pernah terlintas dalam pikiran bahwa suatu hari saya akan menginjakkan kaki di tanah Maluku, negeri yang terkenal dengan sagu, cengkeh, pala, minyak kayu putih dan mutiara. Rempah-rempah pula yang membuat kepulauan ini begitu diinginkan oleh bangsa Portugis bertahun-tahun yang lalu.
Dibalik keindahan pulau ini, masih tersimpan kesedihan mendalam karena konflik 5 yang pernah terjadi di tahun-tahun yang lalu. Saat kami menuju pantai-pantai indah yang ada di pulau ini, Pak Aleka, supir yang membawa kami berjalan-jalan, beberapa kali menunjukkan puing rumah-rumah yang habis terbakar saat terjadi keributan di Ambon. Miris rasanya mendengar begitu banyak amarah dan kekerasan yang pernah terjadi di sini sementara kami mata kami terus menerus dimanjakan dengan hamparan air laut yang begitu meneduhkan.
Selain mata yang dimanjakan, lidah kami juga dimanjakan dengan berlimpahnya ikan bakar yang ada di kota ini. Sebagai sebuah kepulauan, tidak heran bahwa makanan yang mudah ditemui di Ambon adalah ikan bakar dan hasil laut lainnya terutama cumi-cumi. Sebagai pecinta makanan laut, saya menikmati berbagai ikan bakar yang tentu saja ditemani oleh segarnya sambal colo-colo. Jika setelah perjalanan ke Surabaya kami memutuskan untuk puasa makan ayam (baca ceritanya disini), tidak demikian dengan jalan-jalan ke Ambon. Kami malah tambah ingin menyantap ikan bakar yang segar seperti yang kami dapatkan di Ambon.
Saya begitu terpesona dengan keindahan alam pulau ini dan saya berharap bisa kembali lagi suatu hari nanti. Mungkin untuk membawa anak-anak saya untuk bermain dengan bebasnya seperti anak-anak manis yang saya temui di Santai Beach. Satu doa yang saya selipkan seraya memandang keindahan matahari terbenam di Tanjung Latuhalat adalah agar Ambon Manise bisa kembali berjaya dan dicintai.
More stories